BAB 4
Aku gelisah. Christian telah menyibukkan diri lebih dari satu jam dalam ruang kerjanya di atas kapal. Aku sudah mencoba untuk membaca, menonton TV, berjemur - dengan pangkaian lengkap - tapi aku tak bisa santai, dan aku tidak bisa melepaskan diri dari perasaan tegang. Setelah mengganti pakaian menjadi celana pendek dan T-shirt, aku menyingkirkan gelang mahal yang menggelikan ini dan pergi untuk mencari Taylor.
"Mrs. Grey," katanya, terkejut dari kegiatan membaca novel Anthony Burgess-nya. Dia duduk di ruang tamu kecil di luar ruangan kerja Christian.
"Aku ingin pergi berbelanja."
"Ya mam." Dia berdiri.
"Aku ingin mengendarai Jet Ski."
Mulutnya menganga. "Emm." Dia mengerutkan kening, kehilangan kata-kata.
"Aku tak ingin mengganggu Christian dengan hal ini."
Dia menekan desahan. "Mrs. Grey... em...Saya pikir Mr. Grey akan sangat tidak nyaman dengan hal itu, dan saya ingin mempertahankan pekerjaan saya."
Oh, demi Tuhan! Aku ingin memutar mataku padanya, tapi aku hanya menyipitkan mataku sebagai gantinya, menghela napas berat dan mengeskpresikan, aku berpikir dengan rasa marah dan frustrasi bahwa aku bukanlah penguasa dalam takdirku sendiri. Disamping itu, aku tidak ingin Christian marah pada Taylor - atau padaku, dalam hal ini. Melangkah dengan penuh percaya diri melewati Taylor, aku mengetuk pintu ruang kerja dan masuk.
Christian sedang memegang BlackBerry-nya, bersandar di meja mahoni. Dia mendongak. "Andrea, tunggu sebentar," gumamnya di telepon, ekspresinya serius. Tatapannya yang sopan memberi harapan. Sial. Mengapa aku merasa seperti sedang masuk ke ruang kantor kepala sekolah? Pria ini yang telah memborgolku kemarin. Aku menolak untuk diintimidasi olehnya, dia suamiku, sialan. Aku menegakkan bahuku dan memberinya senyuman lebar.
"Aku akan berbelanja. Aku akan membawa pengawal bersamaku."
"Tentu, bawalah salah satu dari si kembar dan Taylor, juga," katanya, dan aku tahu bahwa apa pun yang terjadi adalah serius karena ia tidak bertanya padaku lebih jauh. Aku berdiri menatapnya, bertanya-tanya apakah aku bisa membantunya.
"Ada lagi?" Tanya dia. Dia ingin aku pergi. Sial.
"Bisakah aku membawakan sesuatu untukmu?" Aku bertanya. Dia tersenyum, dengan senyum manis malu-malunya.
"Tidak, sayang, aku baik-baik saja," katanya. "Para kru akan membantuku."
"Oke." Aku ingin menciumnya. Sial, aku bisa – dia suamiku. Sengaja melangkah maju, Aku memberikan ciuman di bibirnya, mengejutkan dia.
"Andrea, aku akan meneleponmu lagi," ia bergumam. Dia menempatkan BlackBerry di atas meja di belakangnya, menarikku ke dalam pelukannya, dan menciumku penuh gairah. Aku terengah- engah ketika ia melepaskanku. Matanya gelap dan membutuhkan.
"Kau mengganggu aku. Aku perlu untuk menyelesaikan masalah ini, sehingga aku bisa kembali berbulan-madu." Ia menjalankan jari telunjuk di wajahku dan membelai daguku, memiringkan kepalaku ke atas.
"Oke. Maafkan aku."
"Jangan meminta maaf, Mrs. Grey. Aku suka dengan gangguanmu." Dia mencium sudut mulutku.
"Pergilah, belanjakan beberapa uangmu." Dia melepaskanku.
"Akan kulakukan." Aku menyeringai padanya saat aku keluar dari ruang kerjanya. Alam Bawah sadarku menggetarkan kepalanya dan mengerutkan bibir. Kau tidak mengatakan padanya kau akan mengendarai Jet Ski, dia mencelaku dengan suara merdunya. Aku mengabaikannya...wanita bengis.
Taylor dengan sabar menunggu.
"Semua urusan sudah beres dengan komando tertinggi... bisa kita pergi?" Aku tersenyum, mencoba untuk menjaga sarkasme yang keluar dari suaraku. Taylor tidak menyembunyikan senyuman kagumnya.
"Mrs. Grey, Anda duluan."
Taylor dengan sabar berbicara padaku melalui kontrol pada Jet Ski dan menjelaskan bagaimana mengendarainya. Dia memiliki otoritas, tenang dan lembut adalah dirinya, dia guru yang hebat. Kami berada di motor untuk memulai, sambil meliuk-liuk di perairan pelabuhan yang tenang di samping Fair Lady. Gaston muncul, ekspresinya tersembunyi oleh bayangannya, dan salah satu kru dari Fair Lady pada kontrol peluncuran motor. Astaga – tiga orang bersamaku, hanya karena aku ingin pergi berbelanja. Ini konyol.
Menaikkan ritsleting jaket pengamanku, aku tersenyum berseri-seri pada Taylor. Dia mengulurkan tangannya untuk membantuku naik ke Jet Ski.
"Kencangkan tali dari kunci kontak di sekitar pergelangan tangan Anda, Mrs Grey. Jika Anda jatuh, mesin akan berhenti otomatis," ia menjelaskan.
"Oke."
"Siap?"
Aku mengangguk antusias.
"Tekan tombol start ketika Anda sudah mengapung sekitar empat meter dari perahu.
Kami akan mengikuti Anda."
"Oke."
Dia mendorong Jet Ski menjauh dari tempat peluncuran, dan mengapung lembut ke pelabuhan utama. Ketika dia memberiku tanda oke, aku menekan tombol start dan mesin meraung menyala.
"Oke, Mrs Grey, pelan-pelan melakukannya!" Teriak Taylor. Aku memutar pedal gas.
Jetski itu meluncur dengan tiba-tiba dan mogok. Sial! Bagaimana Christian membuatnya terlihat begitu mudah? Aku mencoba lagi, dan sekali lagi, dan mogok lagi. Double crap!
"stabilkan gasnya, Mrs. Grey," kata Taylor.
"Ya, ya, ya," gumamku pelan. Aku mencoba sekali lagi, dengan sangat pelan memutar tuas gas, dan Jet Ski meluncur maju – tapi kali ini tetap jalan.
Ya! Jetski-nya tetap bergerak. Ha ha! Ini masih terus jalan! Aku ingin berteriak dan menjerit dalam kegembiraan, tapi aku menahannya. Aku berlayar lembut menjauh dari kapal pesiar ke pelabuhan utama. Di belakangku, aku mendengar deru serak dari luncuran motor. Ketika aku menekan gas lagi, Jet Ski melompat ke depan, berseluncur di air. Dengan angin hangat di rambutku dan air laut yang nyaman menyembur di kedua sisiku, aku merasa bebas. Ini keren!Tidak heran Christian tak pernah membiarkanku mengemudi.
Daripada lansung menuju ke tepi pantai dan mengurangi kesenangan, aku berbelok untuk berputar-putar di sekitar Fair Lady yang megah. Wow - hal ini sangat menyenangkan. Aku mengabaikan Taylor dan kru di belakangku dan ngebut di sekitar kapal pesiar untuk kedua kalinya. Saat aku sedang menyelesaikan lintasanku, aku melihat Christian di dek. Kupikir dia menganga menatapku, walaupun itu sulit untuk dikatakan. Dengan berani, aku mengangkat satu tangan dari setang dan melambai dengan antusias padanya. Dia tampak seperti terbuat dari batu, tapi akhirnya dia mengangkat tangannya di kemiripan tersebut dengan lambaian kaku. Aku tidak bisa menebak ekspresinya, dan sesuatu memberitahuku bahwa aku tak ingin menebaknya, jadi aku menuju ke marina, melaju melintasi air biru Mediterania yang berkilau di bawah sinar matahari sore.
Di dermaga, aku menunggu dan membiarkan Taylor menarikku dari depan. Ekspresinya suram, dan hatiku tenggelam, meskipun Gaston terlihat samar-samar geli. Aku bertanya-tanya sejenak jika sesuatu telah terjadi untuk menenangkan hubungan Galia (Prancis)-Amerika, tapi dalam hati aku menduga masalahnya mungkin karena aku. Gaston melompat keluar dari perahu motor dan mengikat jetski pada tambatannya sementara Taylor mengarahkanku untuk berjalan di sisinya. Dengan sangat lembut aku menndorong pelan-pelan Jet Ski ke posisi di samping perahu dan berbaris di sampingnya. Ekspresinya sedikit melunak.
"Matikan kunci kontak, Mrs. Grey," katanya dengan tenang, meraih setang dan mengulurkan tangan untuk membantuku ke perahu motor. Dengan gesit aku memanjat kapal, terkesan aku tidak akan jatuh.
"Mrs. Grey," Taylor berkedip gugup, pipinya merona lagi. "Mr. Grey tidak sepenuhnya senang Anda mengendarai Jet Ski." Dia praktis menggeliat dengan rasa malu, dan aku sadar dia telah di telepon Christian dengan marah.
oh, suamiku yang malang, dan suamiku yang patologis (abnormal) dan overprotektif, apa yang harus aku lakukan denganmu?
Aku tersenyum tenang pada Taylor. "Aku tahu. Nah, Taylor, Mr. Grey tidak ada di sini, dan jika dia tidak sepenuhnya senang, aku yakin dia akan mengatakannya langsung padaku saat aku kembali ke kapal.”
Taylor mengernyit. "Bagus lah kalau begitu, Mrs. Grey," katanya pelan, sambil menyodorkan tasku.
Saat aku memanjat keluar dari perahu, aku melihat sekilas senyum enggannya, dan membuatku ingin tersenyum juga. Aku tak bisa percaya betapa aku menyukai Taylor, tapi aku benar-benar tidak suka saat dimarahi olehnya – dia bukan ayahku atau suamiku.
Sial, Christian marah – dan dia punya cukup alasan untuk khawatir pada saat ini. Apa yang sedang kupikirkan? Ketika aku berdiri di dermaga menunggu Taylor untuk naik, aku merasakan BlackBerry-ku bergetar didalam tasku dan aku menariknya keluar. Lagu Sade berjudul "Your Love is King" adalah nada deringku untuk Christian – hanya untuk Christian.
"Hai," gumamku.
"Hai," katanya.
"Aku akan kembali di kapal. Jangan marah."
Aku mendengar suaranya sedikit terkesiap karena terkejut. "Um..."
“Lagipula itu cukup menyenangkan," bisikku.
Dia mendesah. "Nah, jauh lebih baik bagiku untuk membatasi kesenanganmu, Mrs. Grey. Hanya berhati-hatilah. Kumohon."
Oh my! Izin untuk bersenang-senang! "Baiklah. Ada sesuatu yang kau inginkan di kota?"
"Hanya kau, kembali utuh."
"Aku akan melakukan yang terbaik untuk memenuhinya, Mr. Grey."
"Aku senang mendengarnya, Mrs. Grey."
"Kami bertujuan untuk menyenangkan," Aku menanggapi dengan tawa.
Aku mendengar senyum dalam suaranya. "Aku ada panggilan telepon lagi – sampai nanti, sayang."
"Sampai nanti, Christian."
Dia menutup telepon. Krisis Jet Ski terhindar sudah, kupikir. Mobil menunggu, dan Taylor memegang pintu yang terbuka untukku. Aku mengedipkan mata padanya saat aku memanjat naik, dan ia menggelengkan kepalanya terhibur.
Di dalam mobil, aku membuka e-mail pada BlackBerry-ku.
Dari: Anastasia Grey
Perihal: Terima Kasih
Tanggal: 17 Agustus 2011 16:55
Untuk: Christian Grey
Untuk tidak bersikap terlalu kesal.
Istrimu yang tercinta xxx
Dari: Christian Grey
Perihal: Mencoba untuk Tetap Tenang
Tanggal: August 17, 2011 16:59
Untuk: Anastasia Grey
Sama-sama.
kembali dengan utuh.
Ini bukan permintaan. x
Christian Grey CEO & suami yang overprotektif, Grey Enterprises Holdings Inc
Jawabannya membuatku tersenyum. Si Gila-kontrolku.
Mengapa aku ingin pergi berbelanja? Aku benci belanja. Tapi dalam hati aku tahu mengapa, dan
aku berjalan mantap melewati Chanel, Gucci, Dior, dan butik desainer lainnya dan akhirnya menemukan penangkal untuk apa yang sedang melandaku, dalam sesuatu toko kecil barang yang menimbun, toko turis. Ini sebuah gelang kaki perak kecil dengan hati kecil dan lonceng- lonceng kecil. Itu berdenting dengan manis dan harganya lima Euro. Segera setelah aku membelinya, aku memakainya. Inilah aku – ini adalah apa yang saya suka. Segera aku merasa lebih nyaman. Aku tidak ingin kehilangan sentuhan dari gadis yang pernah menyukai ini. Dalam hati aku tahu bahwa aku tidak hanya kewalahan oleh Christian sendiri tetapi juga oleh kekayaannya. Akankah aku terbiasa dengan hal itu?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar