Fifty Shades Freed (Fifty Shades #3) (18)

"Terima kasih," gumamku.
Dia mengerutkan kening. "Untuk apa?"
"Untuk mengatakan padaku."
Dia menggeleng dan bayangan senyumnya menyentuh bibirnya. "kau bisa sangat persuasif, Mrs. Grey."
"Dan kau bisa merenung dan menginternalisasi semua perasaanmu dan khawatir sendiri setengah mati. Kau mungkin akan mati karena serangan jantung sebelum kau berusia empat puluh, dan aku ingin kau hidup lebih lama dari itu."
"Mrs. Grey, kaulah yang akan menjadi penyebab kematianku. Melihatmu mengendarai Jet Ski – aku hampir kena serangan jantung koroner." Dia melempar dirinya dengan kasar kembali ke tempat tidur dan meletakkan tangannya di atas matanya, dan aku merasa dia bergidik.
"Christian, itu Jet Ski. Bahkan anak-anak naik Jet Ski. Bisakah kau membayangkan akan seperti apa kau ketika kita mengunjungi tempatmu di Aspen dan aku bermain ski untuk pertama kalinya?"
Dia tercekat dan berbalik untuk menghadap padaku, dan aku ingin menertawakan kengerian di wajahnya.
"Tempat kita," katanya pada akhirnya.
Aku mengabaikannya. "Aku sudah dewasa, Christian, dan jauh lebih tangguh daripada kelihatannya. Kapan kau akan belajar tentang ini?"
Dia mengangkat bahu dan menipis mulutnya. Aku memutuskan untuk mengganti topik.
“Jadi, api itu. Apakah polisi tahu tentang kebakaran itu?" " "Ya." Ekspresinya serius.
"Bagus."
"Pengamanan akan semakin ketat," katanya blak-blakan.
"Aku mengerti." Aku menatap ke bawah tubuhnya. Dia masih mengenakan celana pendek dan kaosnya, dan akupun masih memakai kaosku. Astaga – ngomong-ngomong tentang wham, bam, thank you ma’am (seks kilat dg sedikit atau tanpa foreplay). Pikiran itu membuatku tertawa.
"Apa?" Christian bertanya, bingung.
"Kau."
"Aku?"
"Ya. Kau. Masih berpakaian."
"Oh." Dia melirik ke arah dirinya sendiri, kemudian kembali ke arahku, dan wajahnya meledak menjadi senyuman yang sangat lebar.
"Nah, kau tahu betapa sulitnya bagiku untuk tidak menyentuhmu, Mrs. Grey – terutama ketika kau sedang cekikikan seperti anak sekolahan."
Oh ya – gelitikan itu. Gah! Gelitikan itu. Aku bergerak cepat sehingga aku mengangkangi dia, tapi dengan segera mengetahui niat jahatku, dia meraih kedua pergelangan tanganku.
"Tidak," katanya dan ia serius.
Aku cemberut padanya, tapi memutuskan bahwa dia belum siap untuk ini.
"Jangan," bisiknya. "Aku tidak tahan. Aku tidak pernah digelitik saat aku masih anak-anak." Dia berhenti sejenak dan aku melemaskan tanganku hingga dia melepaskan pegangannya.
"Aku dulu menonton Carrick dengan Elliot dan Mia, menggelitik mereka, dan itu tampaknya menyenangkan, tapi aku...aku..."
Aku menempatkan jari telunjukku di bibirnya.
"Ssstt, aku tahu," gumamku dan memberikan ciuman lembut di bibirnya dimana jariku tadinya baru saja berada disana, kemudian meringkuk di dadanya. Rasa sakit yang sudah akrab membengkak menyakitkan didalam diriku, dan kesedihan mendalam yang simpan dalam hati untuk Christian sebagai seorang anak kecil menyitaku sekali lagi. Aku tahu aku akan melakukan apa pun untuk pria ini karena aku sungguh mencintainya.
Dia memeluk tubuhku dan menekan hidungnya ke rambutku, menghirup napas dalam saat ia membelai lembut punggungku. Aku tak tahu berapa lama kami berbaring di sana, tapi akhirnya aku memecahkan keheningan yang nyaman antara kami.
"Berapa waktu terlama kau pergi tanpa bertemu Dr. Flynn?"
"Dua minggu. Kenapa? Apa kau punya keinginan yang tak tertahankan untuk menggelitikiku?"
"Tidak" Aku tertawa. "Aku pikir dia membantumu."
Christian mendengus. "Sudah seharusnya dia membantuku, aku membayarnya dengan cukup." Dia menarik rambutku dengan lembut, membalik wajahku untuk menatapnya. Aku mengangkat kepala dan bertemu dengan tatapannya.
"Apakah kau mengkhawatirkan kesejahteraanku, Mrs. Grey?" Ia bertanya lembut.
"Setiap istri yang baik perhatian terhadap kesejahteraan suami tercintanya, Mr. Grey," Aku menegurnya sembari menggoda.
"Tercinta?" Ia berbisik, dan itu pertanyaan memilukan yang menggantung di antara kita.
"Sangat tercinta." Aku bergeser untuk menciumnya, dan dia tersenyum dengan senyum malu- malunya.
"Apakah kau ingin pergi ke darat untuk makan, Mrs. Grey?"
"Aku ingin makan di manapun kau merasa paling senang."
"Baik." Dia menyeringai. "Naik kapal adalah di mana aku bisa membuatmu aman. Terima kasih untuk hadiahnya." Dia meraih dan mengambil kamera, dan memegangnya dengan tangan terentang, dia mengambil gambar kami berdua di saat setelah gelitikan itu, setelah bercinta, setelah pelukan-pengakuan kami.
"semua kesenangan itu adalah milikku," Aku tersenyum dan matanya bercahaya.
***
Kami berjalan melalui keindahan bangunan mewah bersepuh emas dari abad kedelapan belas istana Versailles. Setelah sebelumnya merupakan pondok berburu sederhana, kemudian diubah oleh Soleil Roi menjadi singgasana kekuasaannya yang mewah dan megah, tapi bahkan sebelum abad kedelapan belas berakhir istana ini menjadi saksi dari monarki absolut terakhir.
Ruang yang paling menakjubkan sejauh ini adalah Hall of Mirror. Cahaya sore membanjiri melalui jendela di sebelah barat, menerangi cermin yang melapisi dinding timur dan menerangi dekorasi daun emas dan lampu kristal besar. Ini menakjubkan.
"Menarik untuk dilihat seorang megalomaniak yang sewenang-wenang mengasingkan dirinya dalam kemegahan seperti itu," bisikku ke Christian ketika ia berdiri di sisiku. Dia menatap padaku dan memiringkan kepala ke satu sisi, menyambutku dengan humor.
"Maksudmu, Mrs. Grey?"
"Oh, hanya sebuah pengamatan, Mr. Grey." Aku melambaikan tanganku ringan menunjuk kesekelilingku. Menyeringai, ia mengikutiku ke tengah ruangan di mana aku berdiri dan melongo pada pemandangan – kebun yang spektakuler memantul dalam cermin dan Christian Grey yang spektakuler, suamiku, dipantulkan kembali ke arahku, tatapannya cerah dan berani.
"Aku akan membangun seperti ini untukmu," bisiknya. "Hanya untuk melihat bagaimana cahaya membuat rambutmu berkilap, di sini, sekarang.” Ia menyelepikan sehelai rambut di belakang telingaku.
"Kau tampak seperti malaikat." Dia menciumku tepat di bawah daun telingaku, meraih tanganku ke dalam gengamannya dan bergumam, "Kita penguasa yang lalim melakukannya untuk wanita yang kita cintai."
Aku merona mendengar pujian itu, tersenyum malu-malu, dan mengikutinya melalui ruangan yang luas.
***
"Apa yang kau pikirkan?" Tanya Christian pelan, sambil menyesap kopi setelah makan malamnya.
"Versailles."
"Sungguh bergaya, kan?" Dia menyeringai. Aku melirik di sekitar kemegahan ruang makan Fair
Lady yang lebih bersahaja dan mengerutkan bibir.
"Ini nyaris tidak bergaya," kata Christian, seperti anak laki-laki yang membela diri.
"Aku tahu. Ini sungguh indah. Bulan madu terbaik yang bisa diinginkan seorang gadis."
"Sungguh?" Katanya, benar-benar terkejut. Dan dia tersenyum dengan senyum malu-malunya.
"Tentu saja."
"Kita hanya punya dua hari lagi. Apa ada sesuatu yang ingin kau lihat atau lakukan?"
"Hanya bersama denganmu saja," gumamku. Dia bangkit dari meja, mendatangiku, dan menciumku di dahi.
"Nah, bisakah kau melakukannya tanpaku selama sekitar satu jam saja? Aku perlu memeriksa e- mail, mencari tahu apa yang terjadi di rumah."
"Tentu," kataku riang, berusaha menyembunyikan kekecewaanku karena aku akan terpisah darinya selama satu jam. Apakah aneh bahwa aku ingin bersama dirinya sepanjang waktu? Alam bawah sadarku menekan bibirnya membentuk garis yang tidak menarik dan mengangguk penuh semangat.
"Terima kasih untuk kameranya," gumamnya dan pergi untuk mengurus pekerjannya.
Kembali di kabin kami aku memutuskan untuk mengejar ketinggalan korespondensiku dan membuka laptopku. Ada e-mail dari ibuku dan dari Kate, memberiku gosip terbaru dari rumah dan bertanya bagaimana bulan maduku berjalan. Yah, berjalan dengan baik, sampai seseorang memutuskan untuk membakar G.E.H Inc...Ketika aku menyelesaikan jawaban e-mailku pada ibuku, e-mail dari Kate masuk ke inboxku.
Dari: Katherine L. Kavanagh
Tanggal: August 17, 2011 11:45 PST
Untuk: Anastasia Grey
Subyek: OMG!!!!
Ana, aku baru saja mendengar tentang kebakaran di kantor Christian.
Apakah kau pikir itu kebakaran yang di sengaja?
K xox
Kate online! Aku melompat ke mainan baruku – pesan Skype – dan melihat bahwa akunnya sedang aktif. Aku cepat-cepat mengetik pesan.
Ana: Hai, apa kau disana?
Kate: YA, Ana! Apa kabarmu? Bagaimana bulan madunya?
Apa kau lihat e-mail dariku? Apakah Christian tahu tentang masalah kebakaran itu?
Ana: Aku baik-baik saja. Bulan madunya sungguh menyenangkan. Ya, aku membaca e- mailmu. Ya, Christian tahu.
Kate: Kupikir memang sudah pasti dia tahu. Beritanya kurang lengkap tentang apa yang tengah terjadi. Dan Elliot tak mau memberitahuku apapun.
Ana: Apa kau sedang memancing sebuah informasi?
Kate: Kau mengenalku dengan baik.
Ana: Christian tidak memberi banyak keterangan padaku.
Kate: Elliot mendengarnya dari Grace!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar