Fifty Shades Freed (Fifty Shades #3) (26)

"Panggil saja aku Ana, please."
"Mrs. Grey, saya merasa tidak nyaman melakukan itu."
Oh! Mengapa semuanya harus berubah, hanya karena aku memiliki cincin di jariku?
"Apakah anda yang ingin menyiapkan semua menu untuk seminggu?" Dia bertanya, menatapku dengan penuh harap.
Menu?
"Mm..." Masalah ini tak pernah kupikirkan sebelumnya. Dia tersenyum. "Ketika pertama kali saya bekerja untuk Mr. Grey, setiap Minggu sore saya selalu mengajukan semua menu untuk seminggu mendatang dengan dia dan daftar apa saja yang mungkin ia perlukan dari toko bahan makanan."
"Aku mengerti."
"Bolehkah aku mengurus barang-barang anda?"
Dia mengulurkan tangannya untuk mengambil pakaianku.
"Oh...um. Sebenarnya aku belum selesai dengan ini." Karena pakaianku untuk menyembunyikan mangkuk dengan butt plug didalamnya! Aku merona merah padam. Mengherankan karena aku bisa menatap mata Mrs. Jones. Dia tahu apa yang kami lakukan - dialah yang membersihkan ruangan itu. Astaga, terasa aneh berbagi ruang kehidupanku dengan staf yang tahu segalanya.
"Bila Anda sudah siap, Mrs Grey. Aku dengan senang hati melakukan sesuatu untuk anda."
"Terima kasih." Perhatian kami teralihkan oleh wajah pucat Sawyer yang melangkah keluar dari ruang kerja Christian dengan cepat melintasi ruang utama. Dia memberikan kami berdua anggukan singkat, tidak beradu pandang dengan salah satu dari kami, dan menyelinap ke ruang kerja Taylor. Aku bersyukur akan intervensinya, karena aku tak ingin membicarakan menu atau butt plug dengan Mrs. Jones sekarang. Memberinya senyum singkat, aku bergegas kembali ke kamar tidur. Apakah aku akan terbiasa memiliki staf rumah tangga yang selalu siap sedia bila kupanggil? Aku menggelengkan kepalaku...mungkin suatu hari nanti.
Aku menjatuhkan sepatu Christian di lantai dan pakaianku di tempat tidur, dan mengambil mangkuk serta butt plug-nya lalu kubawa ke kamar mandi. Aku menyipitkan mata dengan curiga. Sepertinya ini tidak terlalu berbahaya, dan aku merasa heran karena masih tampak bersih. Aku tak ingin memikirkannya, dan aku mencucinya dengan cepat memakai sabun dan air. Apakah itu sudah cukup? Aku harus bertanya pada Mr. Sexpert apakah harus disterilkan atau semacamnya. Aku bergidik memikirkan hal itu.
***
Aku senang Christian telah menyerahkan perpustakaan itu untukku. Sekarang sudah ada sebuah meja kayu warna putih yang menarik dimana aku bisa bekerja di sana. Aku mengeluarkan laptopku dan memeriksa catatanku tentang lima naskah yang kubaca saat bulan madu.
Ya, aku memiliki semua yang kubutuhkan. Sebagian dari diriku merasa ngeri untuk kembali bekerja, tapi aku tidak akan mengatakan pada Christian. Ia akan memanfaatkan kesempatan ini untuk membuatku berhenti bekerja. Aku ingat reaksi sangat marah dari Roach ketika aku bilang aku akan menikah dengan siapa, dan bagaimana, tak lama setelah itu, posisiku telah dikukuhkan. Aku menyadari itu sekarang adalah karena aku telah menikahi bossnya. Pikiran itu tidak kuinginkan. aku tidak lagi bekerja kepada commissioning editor - aku Anastasia Steele, seorang Commissioning Editor. Aku belum berani untuk memberitahu Christian bahwa aku tidak akan mengubah namaku di tempat kerja. Kupikir alasanku cukup solid - aku perlu sedikit jarak dari dirinya - tapi aku tahu akan ada pertengkaran saat ia akhirnya menyadarinya. Mungkin aku harus mendiskusikan ini dengannya nanti malam.
Bersandar di kursiku, aku mulai menyelesaikan pekerjaan terakhirku hari ini. Aku melirik jam digital di laptopku, yang memberitahuku jam menunjukkan pukul tujuh malam. Christian masih belum keluar dari ruang kerjanya, jadi aku masih punya waktu. Mengeluarkan kartu memori dari kamera Nikon, aku memasukkannya ke laptop untuk mentransfer foto itu. Saat upload gambar, aku merenungkan kejadian hari ini. Apakah Ryan sudah kembali? Ataukah dia masih dalam
perjalanan ke Portland? Apakah dia menangkap wanita misterius itu? Apakah Christian sudah mendengar kabar dari dia? Aku menginginkan beberapa jawaban. Aku tidak peduli jika dia sibuk, aku ingin tahu apa yang terjadi, dan tiba-tiba aku merasa sedikit kesal karena dia menyimpan misteri ini dariku. Aku bangkit, berniat masuk ke ruang kerjanya dan menemuinya disana, tapi saat aku berdiri aku melihat foto bulan madu kami beberapa hari yang lalu muncul pada layar.
Ya ampun!
Fotoku setelah tertidur, gambarnya sangat banyak saat aku tidur, rambutku menutupi wajahku atau menyebar di bantal, bibirku menganga...sial - Aku mengisap jempolku. Aku sudah tak pernah mengisap ibu jariku selama beberapa tahun! Begitu banyak foto-fotonya...Aku tak tahu saat dia mengambilnya. Ada beberapa foto yang diambil dari jarak jauh tanpa sepengetahuanku, termasuk salah satunya saat aku sedang membungkuk di atas pagar kapal pesiar, sambil menatap murung di kejauhan sana. Bagaimana bisa aku tidak melihatnya saat dia mengambil momen ini? Aku tersenyum melihat foto-fotoku saat meringkuk di bawahnya dan tertawa - rambutku melayang saat aku berjuang, melawan gelitikan jari-jarinya yang menyiksaku. Dan ada salah satu gambar dia dan aku sedang di tempat tidur kabin utama yang ia ambil dari jarak sejangkauan tangannya.
Aku meringkuk di dadanya dan dia menatap ke kamera, tampak muda, dengan mata terbuka lebar...tampak jelas sedang jatuh cinta. Tangan satunya menangkup kepalaku, dan aku tersenyum seperti orang bodoh sedang di mabuk asmara, tapi aku tak bisa mengalihkan pandanganku dari Christian. Oh, pria tampanku, rambutnya telihat acak-acakan karena baru saja bercinta, mata abu-abunya bersinar, bibirnya terbuka dan tersenyum. Pria tampanku tidak tahan digelitik, tak mau disentuh hanya beberapa waktu yang lalu, namun sekarang ia mentolerir sentuhanku. Aku harus bertanya apakah dia menyukainya, atau apakah ia membiarkan aku menyentuhnya untuk menyenangkan aku daripada untuk kesenangannya.
Aku mengerutkan kening, memandang fotonya, tiba-tiba dibanjiri oleh perasaanku padanya. Seseorang di luar sana ingin mencelakai dia - pertama Charlie Tango, lalu kebakaran di GEH, kemudian dikejar mobil sialan itu. Aku terkesiap, menutup mulut dengan tanganku saat isakan spontan terlepas dari diriku. Meninggalkan komputerku, aku melompat untuk menemuinya - bukan untuk menentangnya sekarang - hanya ingin memeriksa bahwa dia baik-baik saja.
Tanpa repot-repot mengetuk, aku menerobos masuk ke ruang kerjanya. Christian duduk di depan mejanya dan berbicara di telepon. Dia mendongak dengan kaget dan tampak kesal, tapi kejengkelan di wajahnya langsung menghilang ketika ia melihat yang masuk adalah aku.
"Jadi kau tidak bisa menyempurnakan lebih bagus lagi?" Katanya, melanjutkan percakapannya di telepon, meskipun ia tidak melepaskan pandangan matanya kearahku. Tanpa ragu-ragu, aku berjalan mengitari mejanya, dan ia memutar kursinya agar tidak melepaskan pandangannya kearahku, mengerutkan kening. Aku tahu ia berpikir apa yang aku inginkan? Ketika aku naik ke pangkuannya, alisnya melonjak keheranan. Aku melingkarkan tanganku di lehernya dan memeluknya. Dengan hati-hati, dia menempatkan lengannya di sekelilingku.
"Mm...ya, Barney. Bisakah kau menunggu sebentar?" Dia menempelkan telepon ke bahunya.
"Ana, ada apa?"
Aku menggelengkan kepalaku. mengangkat daguku, dia menatap ke dalam mataku. Aku menarik membebaskan kepalaku dari genggamannya, menyelip di bawah dagunya, dan meringkuk di pangkuannya. Dia tampak bingung, lalu tangannya yang bebas memelukku lebih erat dan mencium bagian atas kepalaku.
"Oke, Barney, apa yang baru saja kau katakan?" Dia melanjutkan, menempatkan telepon antara telinga dan bahunya, dan menyentuh tombol pada laptop-nya. Sebuah gambar buram hitam dan
putih dari CCTV muncul di layar...seorang pria dengan rambut gelap mengenakan pakaian berwarna terang muncul di layar. Christian penekanan tombol lain, dan pria itu berjalan menuju kearah kamera, tetapi dengan menundukkan kepala. Ketika orang itu lebih dekat ke kamera, Christian menghentikan rekaman itu. Dia berdiri di ruangan yang putih terang dengan apapun itu yang tampak seperti sebuah deretan panjang dari lemari hitam tinggi di sebelah kirinya. Itu pasti ruang server GEH.
"Oke Barney, sekali lagi."
Sebuah layar muncul. Sebuah kotak muncul di sekitar kepala pria itu pada rekaman CCTV dan tiba-tiba kami melihat gambar diperbesar, aku langsung duduk tegak, terpesona.
"Apakah Barney yang melakukannya?" Tanyaku pelan.
"Ya," jawab Christian. "Bisakah kau mempertajam semua gambarnya?" katanya pada Barney.
Gambarnya kabur, lalu fokus lagi lebih jelas, tampak pria itu sengaja menatap ke bawah dan menghindari kamera CCTV. Saat aku menatapnya, hawa dingin karena aku seperti mengenalinya menyapu tulang belakangku. Ada sesuatu yang familiar saat melihat garis rahangnya. Dia memiliki rambut hitam pendek berantakan yang terlihat aneh dan tidak terawat...dan dari gambar yang baru dipertajam itu, aku melihat sebuah anting, bulat kecil.
Brengsek! Aku tahu siapa itu.
"Christian," bisikku. "Itu Jack Hyde."
***
BAB 7
“Menurutmu begitu?" Tanya Christian, terkejut.
"Ini garis rahangnya." Aku menunjuk pada layar. "Dan anting-anting juga bentuk bahunya. Bentuk tubuhnya juga tepat. Dia pasti memakai wig – atau dia memotong dan mengecat rambutnya."
"Barney, kau mendapatkan informasi ini?" Christian menutup telepon di mejanya dan beralih ke handsfree. "Kau tampaknya telah mempelajari mantan bosmu dalam beberapa detail, Mrs. Grey," gumamnya, terdengar tidak terlalu senang. Aku cemberut padanya, tapi aku diselamatkan oleh Barney.
"Ya, Sir. Aku mendengar Mrs. Grey. Aku sedang menjalankan perangkat lunak pengenalan wajah pada semua rekaman digital CCTV sekarang. Mencari di mana lagi bajingan ini – maaf ma'am – orang ini berada dalam organisasi."
Aku melirik cemas pada Christian, yang mengabaikan sumpah serapah Barney. Dia mempelajari gambar CCTV dengan seksama.
"Kenapa dia melakukan ini?" Aku bertanya pada Christian.
Dia mengangkat bahu. "Balas dendam, mungkin. Aku tidak tahu. Kau tak dapat memahami mengapa beberapa orang berperilaku seperti yang mereka lakukan. Aku hanya marah bahwa kau pernah bekerja begitu dekat dengan dia." Mulut Christian menekan membentuk garis keras, tipis dan ia melingkari pinggangku dengan lengannya.
"Kami memiliki isi hard drive-nya juga, Sir," tambah Barney.
"Ya, aku ingat. Apakah kau memiliki alamat Mr. Hyde?" Christian berkata dengan tajam.
"Ya, Sir, saya punya."
"Beritahu Welch."
"Tentu saja. Saya juga akan memindai CCTV kota dan melihat apakah saya bisa melacak gerakannya."
"Periksa kendaraan apa yang dimilikinya."
"Baik, Sir."
"Barney bisa melakukan semua ini?" Bisikku.
Christian mengangguk dan memberikan senyum puas.
"Apa yang ada di hard drive-nya?" Bisikku.
Wajah Christian mengeras dan ia menggelengkan kepalanya. "Tidak banyak," katanya, membisu, senyumnya terlupakan.
"Katakan padaku."
"Tidak."
"Apakah itu tentang kau, atau aku?"
"Aku." Dia mendesah.
"Hal seperti apa? Tentang gaya hidupmu?"
Christian menggeleng dan menempatkan jari telunjuk di bibirku untuk membungkamku. Aku cemberut padanya. Tapi dia menyipitkan matanya, dan itu adalah peringatan yang jelas bahwa aku harus menahan lidahku.
"Mobilnya Camaro tahun 2006. Aku juga akan mengirimkan rincian SIM-nya untuk Welch," kata Barney semangat dari telepon.
"Bagus. Beritahu aku di mana saja si keparat itu saat berada di gedungku. Dan periksa gambar yang ada di salah satu dari file personel SIP nya." Christian menatap skeptis padaku. "Aku ingin memastikan kita memiliki kecocokan."
"Sudah dikerjakan, Sir, dan Mrs. Grey benar. Ini adalah Jack Hyde."
Aku menyeringai. Lihat kan? Aku juag bisa berguna. Christian menggosok tangannya ke punggungku.
"Bagus sekali, Mrs. Grey." Dia tersenyum dan dendam sebelumnya terlupakan. Untuk Barney dia berkata, "Beritahu aku ketika kau sudah melacak semua gerakan di HQ. Lalu periksa setiap properti GEH lain yang memungkinkan dia memiliki akses kesana, dan biarkan tim keamanan tahu sehingga mereka dapat membuat pengecekan lain terhadap semua bangunan tersebut."
"Baik, Sir."
"Terima kasih, Barney." Christian menutup telepon.
"Nah, Mrs. Grey, tampaknya kau tidak hanya dekoratif, tapi berguna juga." Mata Christian menyala dengan penghiburan yang kejam. Aku tahu dia menggoda.
"Dekoratif?" Ejekkku, menggodanya kembali.
"Sangat," katanya pelan, memberikan ciuman yang lembut dan manis di bibirku.
"Kau jauh lebih dekoratif dari aku, Mr. Grey."
Dia menyeringai dan menciumku lebih kuat, membelit kepanganku di sekitar pergelangan
tangannya dan membungkus lengannya di sekitar tubuhku. Ketika kami mencari udara, jantungku berpacu.
"Lapar?" Tanyanya.
"Tidak."
"Aku lapar."
"Untuk apa?"
"Yah – tentu saja makanan, Mrs. Grey."
"Aku akan membuatkanmu sesuatu." Aku tertawa.
“Aku suka suara itu."
"Suaraku menawarimu makanan?"
“Suara tertawamu." Dia mencium rambutku lalu aku berdiri.
"Jadi kau mau makan apa, Sir?" Aku bertanya dengan manis.
Dia menyempitkan matanya. "Apa kau sedang bermanis-manis, Mrs. Grey?"
"Selalu, Mr. Grey...Sir."
Dia tersenyum seperti senyum sphinx. "Aku masih bisa menempatkanmu di atas lututku," gumamnya menggoda.
"Aku tahu." Aku tersenyum. Menempatkan tanganku di lengan kursi kantornya, aku membungkuk dan menciumnya. "Itulah salah satu hal yang aku suka darimu. Tapi memenuhi telapak tangan berkedutmu – kau lapar."
Dia tersenyum dengan senyum malu-malunya dan hatiku mengepal. "Oh, Mrs. Grey, apa yang akan kulakukan padamu?"
"Kau akan menjawab pertanyaanku. Apa yang ingin kau makan?"
"Sesuatu yang ringan. Beri aku kejutan." katanya, mencerminkan kata-kataku sebelumnya di ruang bermain.
"Aku akan lihat apa yang bisa kulakukan." Aku melangkah keluar dari ruang kerjanya dan menuju dapur. Jantungku tenggelam saat melihat Mrs. Jones di sana.
"Halo, Mrs. Jones."
"Mrs. Grey. Apa kau ingin sesuatu untuk dimakan?"
"Um... "
Dia mengaduk sesuatu di dalam panci di atas kompor yang berbau lezat.
"Aku akan membuat sub (semacam sandwich besar yang terbuat dari roti panjang) untuk Mr. Grey dan aku."
Dia berhenti untuk sekejap. "Tentu," katanya. "Mr. Greu suka roti Perancis – ada beberapa di freezer dipotong memanjang. Aku akan senang membuatkannya untuk Anda, ma'am."
"Aku tahu. Tapi aku ingin melakukan hal ini."
"Saya mengerti. Saya akan memberi ruang untuk Anda."
"Apa yang kau masak?"
"Ini adalah saus bolognaise. Saus ini dapat dimakan kapan saja. Aku akan membekukannya." Dia tersenyum hangat dan menurunkan panas pada kompornya.
"Um – jadi apa yang Christian suka isi...um...di dalam sub-nya?" Aku cemberut, dikejutkan oleh apa yang baru saja aku katakan. Apakah Mrs. Jones memahami kesimpulan tersebut?
"Mrs. Grey, Anda bisa memasukkan apa saja dalam sandwich, dan selama itu di dalam roti Prancis, dia akan memakannya." Kami tersenyum satu sama lain.
"Oke, terima kasih." Aku melewatkan ke freezer dan menemukan potongan roti Prancis dalam ukuran tas Ziplock. Aku menempatkan dua roti di piring, memasukkannya ke dalam microwave, dan menyetingnya ke defrost (menghilangkan bekuan es).
Mrs. Jones telah menghilang. Aku mengerutkan kening saat aku kembali ke lemari es untuk mencari bahan-bahan. Kukira itu akan diserahkan padaku untuk mengatur parameter dimana Mrs. Jones dan aku akan bekerja sama. Aku suka ide memasak untuk Christian pada akhir pekan. Mrs. Jones lebih dari menerima untuk melakukannya sepanjang minggu – hal terakhir yang ingin aku lakukan ketika aku pulang dari bekerja adalah memasak. Hmm...sedikit seperti rutinitas Christian dengan submissif-nya. Aku menggeleng. Harusnya aku tidak berlebihan memikirkan ini. Aku menemukan beberapa daging babi asap di lemari es, dan dalam rak ada sebuah alpukat yang matang sempurna.
Saat aku menambahkan sentuhan garam dan lemon untuk alpukat tumbuk, Christian muncul dari ruang kerjanya dengan membawa rancangan untuk rumah baru di tangannya. Dia meletakannya pada meja sarapan, berjalan ke arahku, dan membungkus lengannya pada tubuhku, mencium leherku.
"Bertelanjang kaki dan di dapur," gumamnya.
"Tidakkah seharusnya bertelanjang kaki dan hamil di dapur?" Aku menyeringai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar